Mengenal 6 Sistem Pengeringan Kayu Secara Buatan yang Biasa Digunakan

Proses pengeringan kayu secara buatan biasanya dilaksanakan dengan menggunakan mesin pengering kayu konvensional (conventional kiln dryer). Pada dasarnya proses ini merupakan tahap evaporasi kandungan air yang ada di dalam kayu dengan waktu tertentu sesuai dengan kondisa udara di sekitarnya. Beberapa faktor pendukung yang mempengaruhi jalannya proses ini di antaranya faktor kayu, faktor penyusunan kayu, dan faktor ruang oven.

Terdapat enam tahapan yang harus dilalui oleh kayu basah hingga menjadi kayu yang benar-benar keting. Dimulai dari pemanasan awal, pengeringan sampai titik jenuh serat, lalu pengeringan hingga kadar air akhir. Setelah itu proses berlanjut pada pengkondisian pada kadar air akhir, pemerataan atau penyamaan kadar air kayu, serta pendinginan dan pembongkaran kayu.

Untuk lebih jelasnya, simak pembahasan berikut ini!

Tahap 1 : Pemanasan Awal

Kayu yang akan dikeringkan secara buatan umumnya memiliki kadar air sekitar 40-70 persen dengan kadar air rata-rata antara 50-60 persen. Kayu yang akan melalui proses pemanasan awa sebelumnya perlu dibasahi terlebih dahulu melalui penyemprotan air ke dalam oven/pemanas dengan temperatur berkisar 35-40 derajat celsius. Kondisi yang agak panas ini mengakibatkan air menguap menjadi uap air yang pekat sehingga menaikkan tingkat kelembaban udara.

Alhasil, seluruh permukaan kayu akan menjadi basah sehingga tegangan di dalamnya akan mengendur. Hal ini dapat mencegah kemungkinan terjadinya perbedaan tegangan di dalam kayu yang terjadi selama proses pengeringan. Tahap pemanasan awal ini biasanya berlangsung selama 2-12 jam tergantung jenis kayu dan ukuran ketebalannya.

Tahap 2 : Pengeringan sampai Titik Jenuh Serat

Berdasarkan jenisnya, titik jenuh serat kayu biasanya sekitar 21-30 derajat celsius. Jadi tahap kedua ini bertujuan untuk mengubah kadar air kayu dari yang semula 50-60 derajat celsius menjadi 21-30 derajat celsius. Karena air inti kayu yang terblokir pada saat pengeringan tidak bisa keluar, ini berarti nilai gradient yang berlaku sangat tinggi sehingga berisiko besar menimbulkan tegangan dalam kayu.

Untuk mempertahankan kualitas kayu, disarankan untuk menghindari pemakaian suhu yang terlalu tinggi. temperatur maksimal yang boleh digunakan sebaiknya antara 40-55 derajat celsius. Manfaatkan juga kipas-kipas udara untuk membantu kelancaran sirkulasi udara di dalam ruang oven.

Tahap 3 : Pengeringan dari Titik Jenuh Serat hingga Kadar Air Akhir

Risiko yang dimiliki pada tahap ketiga ini terhitung cukup tinggi mengingat kayu akan dipicu untuk mengeluarkan kandungan air terikat yang terletak di dinding selnya. Ketika kandungan air tersebut mulai terevaporasi maka volume kayu pun akan mulai menyusut perlahan-lahan. Jadi proses evaporasi ini harus dapat dikendalikan agar bisa merata ke seluruh permukaan kayu sehingga tidak terjadi perbedaan tegangan.

Aspek kelembaban relatif dan temperatur perlu dikendalikan dengan memperhatikan gradien pengeringan yang tidak begitu besar. Kadar air yang tadinya sudah mencapai 21-30 persen harus bisa diturunkan lagi hingga 6-8 persen tergantung kebutuhan penggunaan. Untuk mempercepat proses pengeringan kayu, temperatur yang dipakai untuk kayu normal berkisar 55-70 derajat celsius, kayu lunak antara 90-120 derajat celsius, dan kayu yang mengandung zat ekstratif sekitar 55-60 derajat celsius.

Tahap 4 : Pengkondisian Pada Kadar Air Akhir

Pengkondisian pada kadar air akhir bertujuan untuk menurunkan prosentase kadar air kayu sedikit di bawah target yang ditetapkan dengan meningkatkan temperatur dan mengendalikan kelembaban relatif menjadi agak kering. Langkah tersebut menghasilkan kayu dengan kadar air maksimum sesuai dengan target. Perlu diketahui, kayu yang kering mempunyai kandungan air yang lebih rendah dari target.

Tahap 5 : Pemerataan atau Penyamaan Kadar Air Kayu

Pada tahap ini, metode pelaksanaannya dilakukan dengan menyemprotkan air ke dalam oven sehingga permukaan kayu menjadi sedikit basah. Hal ini dimaksudkan untuk menghilangkan tegangan di dalam kayu sebagai akibat dari kurang meratanya kadar air yang tersimpan di permukaannya. Pada akhir posesnya, kadar air permukaan kayu mencapai 2-6 persen dengan kadar air di inti kayu sekitar 8 persen. Supaya kadar air di semua bagian kayu sama perl dilakukan pembasahan dengan teknik water spray sehingga tegangan dalam kayu dapat terbebaskan.

Tahap 6 : Pendinginan dan Pembongkaran Kayu

Tahap ini dilakukan dengan menurunkan temperatur secara perlahan-lahan dan menjaga ketetapan sirkulasi udara d oven. Selanjutnya pintu oven agak dibuka dengan kipas sirkulasi yang tetap dinyalakan. Hati-hati apabila perubahan udara terlalu mendadak, kayu yang mangalami panas berlebihan ini akan mengalami keretakan atau pecah. Setelah suhunya didinginkan, kayu didiamkan terlebih dahulu selama kurang lebih seminggu sebelum memasuki tahap produksi berikutnya.